Senin, 20 Mei 2013

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SARAF




A.      Pengertian Sistem  Saraf
Saraf otak ada 12 pasang, memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir). Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan bagian lainnya.
Pemeriksaan fisik pada system saraf meliputi pengkajian fungsi-fungsi :
·           Saraf  pusat Sistem  saraf
·           Saraf  otonom
·           Simpatis
·           Parasimpatis
·           Thorako  Lumbalis
·           Sitem saraf otonom thorakal 1 s/d lumbal 2
·           Parasimpatis
·           Kranio sacral
·           Sacral 2,3dan 4 saraf cranial dan batang otak.
·           Peredaran darah otak dimuali dari : Arkus aorta ,aliran darah otak ,  arteri karotis komunis interna dan arteri karotis komunis externa.
·           Bagian-Bagian Otak
 hemisfer
1.      Otak Depan  cerebri
·         Talamus
·         Hipotalamus
2.      Otak tengah / diencepalon
3.      Otak belakang
·         Pos varolili
·         Medula oblongata
·         Serebelum
·           Otak dan sumsum tulang belakang diselmuti “meningia “ yg bersifat melindungi struktur saraf yg halus.
·           Meningia terdiri dari 3 lapisan : piamater, duramater dan arachnoid yang melekat pada otak dan susum tulang belakang. Duramater melapisi tengkorak ( lapisan luar ).  Lapisan dalam bersatu dengan lapisan luar.
·           Daerah brocca yang ber hubungan dengan kemampuan bicara. Pada orang biasa daerah brocca terletak pada hemisfer kiri, sedangkan pada orang yang   kidal terletak pada hemisfer kanan.
·           Daerah wernicke,s yang berhubungan dengan kemampuan untuk  kesan atas suara diterima dan ditafsirkan ( mendengar ).
·           Bagian- bagian saraf yg mempersarafi dan fungsinya , serta cara pengkajiannya :
 Nervus 1 : Olfaktorius, Nervus 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12.

B.       Pengkajian Umum  Sistem Neurologi
Gangguan Kesadaran
·           Isi Pikir : Fungsi kognitif  dan fungsi afektif
·           Derajat Kesadaran yaitu terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan.
·           Gangguan Derajat Kesadaran.
·           Kerusakan cerebral yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme, defesiensi vitamin, keracunan baik yang bersifat  akut maupun kronik, stroke, trauma kepala , hemoragic, peningkatanTIK.

Tekanan  intrakranial meningkat
Penyebab : edema otak, perdarahan otak, tumor otak.
Gejala yang muncul : nyeri kepala, muntah karena tekanan meningkat pada medulla oblongata. Pernapasan lambat karena tekanan dan anoksia medulla oblongata. Papila edema. Gangguan motorik karena tekanan pada area 4.
Kejang, kontrol  spinkter hilang, impuls inhibisi, gangguan , kesadaran sensorik tekanan  pada  kortek  & ascending reticular system.Gangguan regulasi suhu karena tekanan pada  hipotalamus. Ubun-ubun menonjol karena tekanan pada tulang tengkorak.

Tanda awal herniasi otak
Berpindahnya sebagian masa otak bagian supratentorial kedalam otak tengah.
Penilaian dilakukan :
·         Cepat dan akurat
·         Didasarkan atas respon pasien terhadap stimulus yang diberi : Suara ,sentuhan, nyeri, cahaya
·          Ketahui adanya komplikasi Pernapasan, cardiovascular, hilang reflex proteksi
·         Nilai pupil → Gangguan lobus temporalis
·         Cek adanya peningkatan TIK Iskemia,aritmia,pulmonary arrest

Tanda – tanda adanya Komplikasi
·           Tanda-tanda vital  labil
·           Napas cheyne stokes , Biots
·            Tanda obstruksi nafas → Lakukan pencegahan adanya aspirasi.

Gangguan Fungsi Kognitif
·           Menurun perhatian.
·           Menurunnya memory.
·           Penurunan kemampuan bahasa dan persepsi.
·           Penurunan kemampuan untuk membuat rencana.
Penyebab :
·         Kerusakan system limbic dari kortex cerebri
·         Penyakit metabolik
·          Hipotiroid
·         TIA
·          Intoksikasi obat
·         Gangguan cairan elektrolit
·          Penyakit degenaratif
·         Gangguan Memory :
·          Penyakit yang mengenai lobus temporal pda pusat memory:Trauma
kepala, tumor, hemoragik, infark, kejang, penyakit degeneratif.

Afasia
Tak mampu untuk bicara
Ada dua hemisfer pada otak, salah satu dominan. Jika terjadi kerusakan pada hemisfer dominan , maka akan terjadi dua hal :
1.        Tidak mampu dalam mengutarakan maksud.
2.        Tidak mampu menangkap maksud.
Apasia dibagi dua :
1.        Apasia motorik
Area brocca pada lobus frontal posterior – anterior Tidak bisa untuk menyampaikan maksud.
Peran penting perawat →Awas → frustasi.
2.        Apasia Sensorik
Area wernicke,s pada hemisfer kiri → girus  angular. Tidak mampu menangkap maksud dengan cara biasa.
Peran perawat :
Apasia motorik→Pertanyaan dengan jawaban Ya dan tidak,  antisipasi kebutuhan,  gunakan alat tulis.
Apasia Sensorik → Gunakan komunikasi non verbal, beri petunjuk visual, bicara pendek dan sederhana, Hindari pembicaraan abstrak.

Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenal dan interpretasikan suatu rangsang indera
·           Agnosia visual : tidak mampu mengenal fungsi suatu benda.
·           Agnosia warna
·           Agnosia muka
·           Agnosia taktil
·           Agnosia astereognosis : tidak mampu menyebutkan bentuk dan ukuran benda yang diraba.

Apraksia
Ketidak mampuan untuk mengerti , memformulasikan suatu perbuatan yang kompleks , tangkas dan volunteer.
Penyebab : Lesi pada kedua hemisfer → pada premotor area lobus frontal dan sebagian parietal.
Peran perawat : sama dengan Apasia
Gangguan Tingkah laku Dan Proses Pikir
Penyebab : Penyakit yang mengena pada lobus frontal seperti: trauma kepala, demensia alkoholik, atropi cerebral.
Masalah yang dapat ditemukan yaitu :kepribadian influsif, konsentrasi menurun, mood labil, miskin dalam mengambil keputusan.
Gejala  yang mungkin muncul : sakit kepala, irritable, hypersensitif terhadap stimulus, pusing, konsentrasi amat terbatas.

Gangguan pergerakan
Bersifat volunteer
Dipersarafi oleh motor kortex primer dan asosiasinya → Lobus frontal, Basal ganglion, Cerebelum, Saraf tepi

Gangguan motorik mata
Penyebab : Parese Nervus 3,4 dan 6
Tidak ada koordinasi antara ektra okuler.
Masalah :
·           Diplopia
·           Nistagmus → Gerakan involunter
·            Strabismus
Intervensi : Tutup sebelah mata yang sakit

Gangguan membuka menutup mata
Penyebab : Parese saraf cranial 7
Ptosis
Exoftalmus
Masalah :
·           Ulserasi kornea
·           Gangguan penampilan
Intervensi : Tutup dengan kain tipis dan basah
Beri eye drops secara teratur
Jika nyeri terus menerus→ Tanda kerusakan kornea → kolaborasi

Gangguan expresi muka
Penyebab :
Gangguan cerebellum → korteks motorik dan batang otak →
Kortiko bulbar → inti saraf 7 → Axon perifer N. 7
Masalah :
Gangguan bicara → disartria  (tidak mampu untuk menghasilkan suara).
Gangguan makan

Gangguan dalam mengelolah makanan dalam mulut
Menelan
Buka mulut
Mengolah
Mengunyah
Menelan
Penyebab : Parese Nervus 5.7.9.10 dan 12

Gangguan pergerakan extermitas paralisis :
Tetra parese
Hemi parese
Para parese
Imobilisasi → butuh bantuan meningkat
Komplikasi :
Kerusakan kulit
Distensi bladder
Konstipasi
Osteo porosis

Temperatur
Suhu normal sangat penting untuk mempertahankan fungsi normal dari semua sel tubuh
Pusat : Hipotalamus : Dasar ventrikel III
Reflek spinal pada spinal cord → fungsi autonom → Dilatasi dan kontiksi pembuluh darah perifer, hipotermia, hipertermia.

Eliminasi
Pusat pengendalian pada emua tingkat persarafan. Kortex motorik untuk menghambat pengosongan bladder dan bowel.
Kortex sensorik : dapat mencetuskan distensi bladder dan bowel → menahan dan mengeluarkan.
Pada alur kortex →  sacral → pengendalian otonom→  Reflex berkemih.
Gangguan yang dapat terjadi:
Kerusakan lobus frontal → Inkontinensia reflex neurologik bladder.
Kerusakan pada sekmen sacral → autonomi neurologik bladder.
Dampak yang mungkin muncul :Over distensi, batu bladder, infeksi (cystitis).

Sakit kepala ( headache )
Sakit kepala atau sefalgia adalah suatu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organik atau penyakit lain, respon stress , vasodilatasi atau migrain , tegangan otot rangka ( sakit kepala tegang ), kombinasi respon tersebut.
 Penyebab :
·         Tumor intra cranial
·         Infeksi sistemik
·         Cedera Kepala
·         Hypoxia Cerebral
·         Penyakit kronik, mata, telingaStress
Klasifikasi :
Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit bukti fisiologis patologis atau uji dianostik dapat mendukung diagnosa sakit kepala.
Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi individual selama proses kehidupan, dan tipe sakit kepala yang sama mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda diantara individu yang berbeda.
Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
·           Migrain ( dengan dan tanpa aura )
·           Sakit kepala tegang
·           .Sakit kepala klaster
Patofisiologi :
Vasospasme arteri kepala → Suplai nutrisi ke otak berkurang→Ischemia berkepanjangan→ Dinding vascular fkasid tidak mempertahankan tonus otot→Tekanan darah meningkat→Pembuluh darah berdilatasi→Peregangan dinding arteri→Neuro kinin.

Pengkajian
Temuanya tergantung pada jenis / penyebab dari sakit kepala tersebut
Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik.
Pengkajian meliputi :
Aktivitas / Istirahat :
Lelah, letih , malaise
Ketegangan mata
Kesulitan membaca
Insomnia
Sirkulasi :
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan
Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
Neuro sensori :
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran

Saraf cranial xii
Saraf otak ada 12 pasang
Memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir).
Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan bagian lainnya.

Anatomi Dan Fisiologi
Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik lidah, fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakan lidah,dan otot intrinsic mengubah-ubah bentuk lidah. Inti saraf ini menerima serabut dari kortex traktus priamidalis dari satu sisi, yaiti sisi kontra lateral. Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah otak (stroke),misalnya di korteks dan kapsula interna.
Pemeriksaan
Infeksi : Penderita di suruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak.
Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan dan ada tidaknya atrofi, apakah lidah berkerut? Apakah lidah mencong?
Tremor lidah dapat di jumpai pada pasien yang sakit berat (lemah),demensia paralitik dan intoksikasi.
Fasikulasi dijumpai pada lesi nuklir, misalanya pada siringobulbi,kadang-kadang kita sulit membedakan antara tremor dan fasikular terlebih lagi pada lidah yang tersungkur.Untuk memudahkan perbedaanya, lidah diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang atau menghilang. Pada Atetose didapatkan gerakan yang lidah terkendali,lidah sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan dengan sekoyong-koyong dan kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.Jika terdapat kumpulan pada dua sisi,lidah tidak dapat digerakan atau dijulurkan.Terdapat disatria (cadel,pelo)dean kesukaran menelan, selain itu juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh kebelakang sehingga menghalangi jalan nafas.
Untuk menilai tenaga lidah kita suru penderita menggerakan lidahnya ke segalah jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya, kjemudian penderita di suruh menekankan lidahnya pada pipinya,kita nilai daya tekanya dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar.Jika terdapat perasa lidah bagian kiri lidah tidak dapat ditekankan kepipi sebelah kanan,tetapi kesebelah kiri dapat
Gangguan Pada Nervus XII Dan Penyebabnya
Lesi nervus dapat bersifat supra nuklir, misalnya pada lesi di kortex atau kapsula interna yang dapat di debabkan oleh misalnya pada strok, dalam hal ini didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atropi dan fasikular. Pada lesi nuklir didapatkan atropi dan fasikular hal ini disebabkan oleh siringgobulbi,ALS,radang,gangguan peredaran darah dan neoplasma. Pada lesi infra nuklir didapatkan atropi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses diluar medulla oblongata tetapi masih di dalam tengkora, misalnya trauma,fraktur dasar tulang tengkorak ,meningitis atau dapat juga oleh kelainan yang berada di luar tulang tenkorak misalnya abses atau dislokasi vetebra servikalis.

Macam Pemeriksan Neurologi
1.         Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan 
    Glasgow Coma Scala (GCS) :
Refleks membuka mata (E)
      4 : Membuka secara spontan
      3 : Membuka dengan rangsangan suara
      2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
      1 : Tidak ada respon
Refleks verbal (V)
      5 : Orientasi baik
      4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
      3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
      2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
      1 : Tidak keluar suara
Refleks motorik (M)
      6 : Melakukan perintah dengan benar
      5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
      4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
      3 : Hanya dapat melakukan fleksi
      2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
      1 : Tidak ada gerakan

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar  ( Compos mentis ) pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1).
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheotomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.

Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlena lagi. Gelisah atau tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan).
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat.
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu.
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa

Gangguan fungsi cerebral meliputi :
Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi.
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.

2.         Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
 N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
 Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,     
 tembakau, alkohol,dll)
N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang.
N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata):
Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan  inspeksi kelopak mata.
N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III
N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan       
 kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
 N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :sama sperti N.III.
 N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ): senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.
N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) : test Webber dan Rinne. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam).
N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”
N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan  
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat       
kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan  lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.
N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.

3.        Fungsi motorik
Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
 Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan, kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.



Derajat kekuatan motorik :
    5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
    4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
    3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
    2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
    1 : Hanya ada kontraksi
    0 : tidak ada kontraksi sama sekali
Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
4.        Fungsi sensorik
    Test : Nyeri, Suhu,
    Raba halus, Gerak,
    Getar, Sikap,
    Tekan, Refered pain.
5.        Refleks
Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial.
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
 Respon : elevasi testes ipsilateral
 Refleks gluteal
 Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
 Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks tendon / periosteum
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
 Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
 Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
 Refleks Periosto radialis
 Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi.
 Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis.
Refleks Periostoulnaris
 Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
 Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
 Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
 Cara : ketukan pada tendon achilles
 Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
 Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung.
Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
Refleks patologis
 Babinsky
 Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
 Chadock
 Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis 
        dari posterior ke anterior.
         Respon : seperti babinsky
        Oppenheim
        Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
        Respon : seperti babinsky
       Gordon
       Cara : penekanan betis secara keras
       Respon : seperti babinsky
      Schaefer
     Cara : memencet tendon achilles secara keras
     Respon : seperti babinsky
Gonda
     Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
     Respon : seperti babinsky
Stransky
     Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
     Respon : seperti babinsky
Rossolimo
     Cara : pengetukan pada telapak kaki
     Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
     Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
     Respon : seperti rossolimo
Hoffman
     Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
     Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
     Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
     Respon : seperti hoffman
 Leri
     Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan 
                dengan bgian ventral menghadap ke atas.
      Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
     Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
     Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
6.        Refleks primitif
   • Sucking refleks
     Cara : sentuhan pada bibir
     Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu

   • Snout refleks
     Cara : ketukan pada bibir atas
     Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung
   • Grasps refleks
     Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
     Respon : tangan pasien mengepal

   • Palmo-mental refleks
     Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
     Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)

Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
a.       Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas  perintah
b.       Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
c.        Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
d.      Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan  membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari   tengah
e.       Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain.
 Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sede

Tidak ada komentar:

Posting Komentar