A. Pengertian
Sistem Saraf
Saraf otak ada 12 pasang, memeriksa saraf otak (I-XII) dapat
membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa
dengan teliti, karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta
hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian
paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral
(supranuklir). Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf
perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling
berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti
saja tanpa melibatkan bagian lainnya.
Pemeriksaan fisik pada system saraf meliputi pengkajian
fungsi-fungsi :
· Saraf pusat Sistem
saraf
· Saraf otonom
· Simpatis
·
Parasimpatis
·
Thorako Lumbalis
· Sitem
saraf otonom thorakal 1 s/d lumbal 2
·
Parasimpatis
· Kranio
sacral
· Sacral
2,3dan 4 saraf cranial dan batang otak.
· Peredaran
darah otak dimuali dari : Arkus aorta ,aliran darah otak , arteri karotis komunis interna dan arteri
karotis komunis externa.
·
Bagian-Bagian Otak
hemisfer
1. Otak
Depan cerebri
· Talamus
· Hipotalamus
2. Otak tengah /
diencepalon
3. Otak belakang
· Pos varolili
· Medula
oblongata
· Serebelum
· Otak dan
sumsum tulang belakang diselmuti “meningia “ yg bersifat melindungi struktur
saraf yg halus.
· Meningia
terdiri dari 3 lapisan : piamater, duramater dan arachnoid yang melekat pada
otak dan susum tulang belakang. Duramater melapisi tengkorak ( lapisan luar
). Lapisan dalam bersatu dengan lapisan
luar.
· Daerah
brocca yang ber hubungan dengan kemampuan bicara. Pada orang biasa daerah
brocca terletak pada hemisfer kiri, sedangkan pada orang yang kidal terletak pada hemisfer kanan.
· Daerah
wernicke,s yang berhubungan dengan kemampuan untuk kesan atas suara diterima dan ditafsirkan (
mendengar ).
· Bagian-
bagian saraf yg mempersarafi dan fungsinya , serta cara pengkajiannya :
Nervus 1 :
Olfaktorius, Nervus 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12.
B. Pengkajian
Umum Sistem Neurologi
Gangguan Kesadaran
· Isi Pikir
: Fungsi kognitif dan fungsi afektif
· Derajat
Kesadaran yaitu terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan.
· Gangguan
Derajat Kesadaran.
· Kerusakan
cerebral yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme, defesiensi vitamin,
keracunan baik yang bersifat akut maupun
kronik, stroke, trauma kepala , hemoragic, peningkatanTIK.
Tekanan intrakranial
meningkat
Penyebab : edema otak, perdarahan otak, tumor otak.
Gejala yang muncul : nyeri kepala, muntah karena tekanan
meningkat pada medulla oblongata. Pernapasan lambat karena tekanan dan anoksia
medulla oblongata. Papila edema. Gangguan motorik karena tekanan pada area 4.
Kejang, kontrol
spinkter hilang, impuls inhibisi, gangguan , kesadaran sensorik tekanan pada
kortek & ascending reticular
system.Gangguan regulasi suhu karena tekanan pada hipotalamus. Ubun-ubun menonjol karena
tekanan pada tulang tengkorak.
Tanda awal herniasi otak
Berpindahnya sebagian masa otak bagian supratentorial
kedalam otak tengah.
Penilaian dilakukan :
· Cepat dan
akurat
· Didasarkan
atas respon pasien terhadap stimulus yang diberi : Suara ,sentuhan, nyeri,
cahaya
· Ketahui
adanya komplikasi Pernapasan, cardiovascular, hilang reflex proteksi
· Nilai pupil → Gangguan lobus temporalis
· Cek adanya
peningkatan TIK Iskemia,aritmia,pulmonary arrest
Tanda – tanda adanya Komplikasi
·
Tanda-tanda vital labil
· Napas
cheyne stokes , Biots
· Tanda
obstruksi nafas → Lakukan pencegahan adanya aspirasi.
Gangguan Fungsi Kognitif
· Menurun
perhatian.
· Menurunnya
memory.
· Penurunan
kemampuan bahasa dan persepsi.
· Penurunan
kemampuan untuk membuat rencana.
Penyebab :
· Kerusakan
system limbic dari kortex cerebri
· Penyakit
metabolik
· Hipotiroid
· TIA
· Intoksikasi
obat
· Gangguan
cairan elektrolit
· Penyakit
degenaratif
· Gangguan
Memory :
· Penyakit
yang mengenai lobus temporal pda pusat memory:Trauma
kepala, tumor, hemoragik, infark, kejang, penyakit
degeneratif.
Afasia
Tak mampu untuk bicara
Ada dua hemisfer pada otak, salah satu dominan. Jika terjadi
kerusakan pada hemisfer dominan , maka akan terjadi dua hal :
1. Tidak mampu
dalam mengutarakan maksud.
2. Tidak mampu
menangkap maksud.
Apasia dibagi dua :
1. Apasia
motorik
Area brocca pada lobus frontal posterior – anterior Tidak
bisa untuk menyampaikan maksud.
Peran penting perawat →Awas → frustasi.
2. Apasia
Sensorik
Area wernicke,s pada hemisfer kiri → girus angular. Tidak mampu menangkap maksud dengan
cara biasa.
Peran perawat :
Apasia motorik→Pertanyaan dengan jawaban Ya dan tidak, antisipasi kebutuhan, gunakan alat tulis.
Apasia Sensorik → Gunakan komunikasi non verbal, beri
petunjuk visual, bicara pendek dan sederhana, Hindari pembicaraan abstrak.
Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenal dan interpretasikan suatu
rangsang indera
· Agnosia
visual : tidak mampu mengenal fungsi suatu benda.
· Agnosia
warna
· Agnosia
muka
· Agnosia
taktil
· Agnosia
astereognosis : tidak mampu menyebutkan bentuk dan ukuran benda yang diraba.
Apraksia
Ketidak mampuan untuk mengerti , memformulasikan suatu
perbuatan yang kompleks , tangkas dan volunteer.
Penyebab : Lesi pada kedua hemisfer → pada premotor area
lobus frontal dan sebagian parietal.
Peran perawat : sama dengan Apasia
Gangguan Tingkah laku Dan Proses Pikir
Penyebab : Penyakit yang mengena pada lobus frontal seperti:
trauma kepala, demensia alkoholik, atropi cerebral.
Masalah yang dapat ditemukan yaitu :kepribadian influsif,
konsentrasi menurun, mood labil, miskin dalam mengambil keputusan.
Gejala yang mungkin
muncul : sakit kepala, irritable, hypersensitif terhadap stimulus, pusing,
konsentrasi amat terbatas.
Gangguan pergerakan
Bersifat volunteer
Dipersarafi oleh motor kortex primer dan asosiasinya → Lobus
frontal, Basal ganglion, Cerebelum, Saraf tepi
Gangguan motorik mata
Penyebab : Parese Nervus 3,4 dan 6
Tidak ada koordinasi antara ektra okuler.
Masalah :
· Diplopia
· Nistagmus
→ Gerakan involunter
·
Strabismus
Intervensi : Tutup sebelah mata yang sakit
Gangguan membuka menutup mata
Penyebab : Parese saraf cranial 7
Ptosis
Exoftalmus
Masalah :
· Ulserasi
kornea
· Gangguan
penampilan
Intervensi : Tutup dengan kain tipis dan basah
Beri eye drops secara teratur
Jika nyeri terus menerus→ Tanda kerusakan kornea →
kolaborasi
Gangguan expresi muka
Penyebab :
Gangguan cerebellum → korteks motorik dan batang otak →
Kortiko bulbar → inti saraf 7 → Axon perifer N. 7
Masalah :
Gangguan bicara → disartria
(tidak mampu untuk menghasilkan suara).
Gangguan makan
Gangguan dalam mengelolah makanan dalam mulut
Menelan
Buka mulut
Mengolah
Mengunyah
Menelan
Penyebab : Parese Nervus 5.7.9.10 dan 12
Gangguan pergerakan extermitas paralisis :
Tetra parese
Hemi parese
Para parese
Imobilisasi → butuh bantuan meningkat
Komplikasi :
Kerusakan kulit
Distensi bladder
Konstipasi
Osteo porosis
Temperatur
Suhu normal sangat penting untuk mempertahankan fungsi
normal dari semua sel tubuh
Pusat : Hipotalamus : Dasar ventrikel III
Reflek spinal pada spinal cord → fungsi autonom → Dilatasi
dan kontiksi pembuluh darah perifer, hipotermia, hipertermia.
Eliminasi
Pusat pengendalian pada emua tingkat persarafan. Kortex
motorik untuk menghambat pengosongan bladder dan bowel.
Kortex sensorik : dapat mencetuskan distensi bladder dan
bowel → menahan dan mengeluarkan.
Pada alur kortex →
sacral → pengendalian otonom→
Reflex berkemih.
Gangguan yang dapat terjadi:
Kerusakan lobus frontal → Inkontinensia reflex neurologik
bladder.
Kerusakan pada sekmen sacral → autonomi neurologik bladder.
Dampak yang mungkin muncul :Over distensi, batu bladder,
infeksi (cystitis).
Sakit kepala ( headache )
Sakit kepala atau sefalgia adalah suatu keluhan fisik paling
utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan
dapat menunjukan penyakit organik atau penyakit lain, respon stress ,
vasodilatasi atau migrain , tegangan otot rangka ( sakit kepala tegang ),
kombinasi respon tersebut.
Penyebab :
· Tumor intra
cranial
· Infeksi
sistemik
· Cedera
Kepala
· Hypoxia
Cerebral
· Penyakit
kronik, mata, telingaStress
Klasifikasi :
Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit
bukti fisiologis patologis atau uji dianostik dapat mendukung diagnosa sakit
kepala.
Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi individual
selama proses kehidupan, dan tipe sakit kepala yang sama mungkin mempunyai
karakteristik yang berbeda diantara individu yang berbeda.
Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
· Migrain (
dengan dan tanpa aura )
· Sakit
kepala tegang
· .Sakit
kepala klaster
Patofisiologi :
Vasospasme arteri kepala → Suplai nutrisi ke otak
berkurang→Ischemia berkepanjangan→ Dinding vascular fkasid tidak mempertahankan
tonus otot→Tekanan darah meningkat→Pembuluh darah berdilatasi→Peregangan
dinding arteri→Neuro kinin.
Pengkajian
Temuanya tergantung pada jenis / penyebab dari sakit kepala
tersebut
Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk
membedakan diagnostik.
Pengkajian meliputi :
Aktivitas / Istirahat :
Lelah, letih , malaise
Ketegangan mata
Kesulitan membaca
Insomnia
Sirkulasi :
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan
Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
Neuro sensori :
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah
Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran
Saraf cranial xii
Saraf otak ada 12 pasang
Memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan
lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti,
karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta hubungannya dengan
struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian
paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral
(supranuklir).
Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf
perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling
berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti
saja tanpa melibatkan bagian lainnya.
Anatomi Dan Fisiologi
Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang
menginervasi otot ekstrinsik lidah, fungsi otot ekstrinsik lidah ialah
menggerakan lidah,dan otot intrinsic mengubah-ubah bentuk lidah. Inti saraf ini
menerima serabut dari kortex traktus priamidalis dari satu sisi, yaiti sisi
kontra lateral. Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah
otak (stroke),misalnya di korteks dan kapsula interna.
Pemeriksaan
Infeksi : Penderita di suruh membuka mulut dan perhatikan
lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak.
Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah,
kesamaan bagian kiri dan kanan dan ada tidaknya atrofi, apakah lidah berkerut?
Apakah lidah mencong?
Tremor lidah dapat di jumpai pada pasien yang sakit berat
(lemah),demensia paralitik dan intoksikasi.
Fasikulasi dijumpai pada lesi nuklir, misalanya pada siringobulbi,kadang-kadang
kita sulit membedakan antara tremor dan fasikular terlebih lagi pada lidah yang
tersungkur.Untuk memudahkan perbedaanya, lidah diistirahatkan pada dasar mulut.
Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang atau menghilang. Pada Atetose didapatkan
gerakan yang lidah terkendali,lidah sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan
dengan sekoyong-koyong dan kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.Jika
terdapat kumpulan pada dua sisi,lidah tidak dapat digerakan atau
dijulurkan.Terdapat disatria (cadel,pelo)dean kesukaran menelan, selain itu
juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh kebelakang
sehingga menghalangi jalan nafas.
Untuk menilai tenaga lidah kita suru penderita menggerakan
lidahnya ke segalah jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya, kjemudian
penderita di suruh menekankan lidahnya pada pipinya,kita nilai daya tekanya
dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar.Jika terdapat perasa
lidah bagian kiri lidah tidak dapat ditekankan kepipi sebelah kanan,tetapi
kesebelah kiri dapat
Gangguan Pada Nervus XII Dan Penyebabnya
Lesi nervus dapat bersifat supra nuklir, misalnya pada lesi
di kortex atau kapsula interna yang dapat di debabkan oleh misalnya pada strok,
dalam hal ini didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atropi dan
fasikular. Pada lesi nuklir didapatkan atropi dan fasikular hal ini disebabkan
oleh siringgobulbi,ALS,radang,gangguan peredaran darah dan neoplasma. Pada lesi
infra nuklir didapatkan atropi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses diluar
medulla oblongata tetapi masih di dalam tengkora, misalnya trauma,fraktur dasar
tulang tengkorak ,meningitis atau dapat juga oleh kelainan yang berada di luar
tulang tenkorak misalnya abses atau dislokasi vetebra servikalis.
Macam Pemeriksan Neurologi
1. Fungsi
Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan
dengan
Glasgow Coma Scala
(GCS) :
Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka
secara spontan
3 : Membuka
dengan rangsangan suara
2 : Membuka
dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada
respon
Refleks verbal (V)
5 : Orientasi
baik
4 : Kata baik,
kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata
baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata
tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar
suara
Refleks motorik (M)
6 : Melakukan
perintah dengan benar
5 : Mengenali
nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat
menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat
melakukan fleksi
2 : Hanya dapat
melakukan ekstensi
1 : Tidak ada
gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang
didapatkan. Penderita yang sadar (
Compos mentis ) pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya
3 (1-1-1).
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheotomi
sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E
an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada
anak berumur kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi,
bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlena lagi. Gelisah atau tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap
rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat.
Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non
verbal dengan menggunakan kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan
kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan).
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.
Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat.
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak
begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu.
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn
bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan
pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku
dan gangguan emosi.
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori,
interpretasi dan komunikasi.
2. Fungsi
nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
N.I : Olfaktorius
(daya penciuman) :
Pasiem memejamkan
mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,
tembakau,
alkohol,dll)
N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card,
funduscope, dan periksa lapang pandang.
N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi
pupil, gerakan otot mata):
Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra,
refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama
seperti N.III
N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah
dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi,
psien memejamkan mata, sentuh dengan
kapas pada dahi dan
pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan
air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
N.VI : Abducend
(deviasi mata ke lateral) :sama sperti N.III.
N.VII : Facialis
(gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ): senyum, bersiul,
mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan.
Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.
N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan )
: test Webber dan Rinne. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah
):membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam).
N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing
posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”
N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan
sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien
mengangkat bahu dan
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.
Palpasi dan catat
kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar
kepala dan lakukan tahanan dan suruh
pasien melawan tahan.
N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke
sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan
perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
3. Fungsi
motorik
Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan,
kekakuan, kelemahan, kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan
sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh
untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan
tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan
bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan
bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada
kontraksi
0 : tidak ada
kontraksi sama sekali
Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
4. Fungsi
sensorik
Test : Nyeri,
Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered
pain.
5. Refleks
Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra
umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial.
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke
bawah
Respon : elevasi
testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau
tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan
reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks tendon / periosteum
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi
lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada
tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto
radialis
Cara : ketukan pada
periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi.
Respon : fleksi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis.
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada
periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara
pronasi supinasi.
Respon : pronasi
tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi
kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada
tendon achilles
Respon : plantar
fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung.
Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai
fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus
berlangsung
Refleks patologis
Babinsky
Cara : penggoresan
telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu
jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Chadock
Cara : penggoresan
kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis
dari posterior
ke anterior.
Respon :
seperti babinsky
Oppenheim
Cara :
pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon :
seperti babinsky
Gordon
Cara :
penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
Cara : memencet
tendon achilles secara keras
Respon : seperti
babinsky
Gonda
Cara : penekukan
(plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti
babinsky
Stransky
Cara : penekukan
(lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti
babinsky
Rossolimo
Cara : pengetukan
pada telapak kaki
Respon : fleksi
jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan
dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti
rossolimo
Hoffman
Cara : goresan
pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu
jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
Cara : colekan
pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti
hoffman
Leri
Cara : fleksi
maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan
dengan
bgian ventral menghadap ke atas.
Respon : tidak
terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
Cara : fleksi
maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : tidak
terjadi oposisi ibu jari
6. Refleks
primitif
• Sucking refleks
Cara : sentuhan
pada bibir
Respon : gerakan
bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu
• Snout refleks
Cara : ketukan
pada bibir atas
Respon : kontrksi
otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung
• Grasps refleks
Cara : penekanan
/ penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respon : tangan
pasien mengepal
• Palmo-mental
refleks
Cara : goresan
ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respon : kontaksi
otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa
pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
a. Apraxia :
hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
b. Alexia :
ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
c. Agraphia :
ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
d. Fingeragnosia:
kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan
membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama
jari tengah
e. Disorientasi
kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang
lain.
Acalculia : kesukaran
dalam melakukan penghitungan aritmatika sede